Friday 19 February 2010

Di Tikungan

Banyak pertanyaan terdengar...
Bukan lagi lamat-lamat... tapi menderu.. pekakkan telinganya

Di sini... di tikungan jalan ini, setelah semua terjadi..
Kau tanyakan lagi kepadanya... apa gerangan yang dia suka darimu ?
Kau juga tanyakan alasannya... mengapa dia memilihmu ?
Ya... patut jika kau tanyakan itu.
Bukankah dulu dia mendayu-dayu dengan rayuannya padamu ?
Bukankah dulu dia pula yang memaksa kau menerima keputusannya memilihmu ?

Untuknya pula akhirnya semua dilakukan...
Kau benamkan segala inginmu,
Kau matikan bara cintamu pada yang lain,
Kau tundukkan pandanganmu, sudahi pencarianmu.

Namun lihatlah kini...
Langit mengernyit... saat dirimu ditinggalkannya.
Padahal dulu dia yang mengejar dan mengikatmu !
Awan pun menggumpalkan telapak tangannya.. ketika tahu kau dilupakannya.
Padahal dulu dia yang merengek untuk selalu kau ingat !

Aagh...
Angin hanya mampu mendesah...
Berusaha menemanimu dalam dingin dan sepi.
Sedangkan hujan sangat resah...
Karena perlahan-lahan tiap tetesnya membasahi kelopak matamu.

Di tikungan jalan ini, setelah semua terlanjur mengisi memori...
Kau hanya mampu diam bertahan memegang janji yang diingkari.
Mencoba mengerti atas segala yang tlah terjadi.
Tak berharap lagi ada yang menghampiri.

Karena di tikungan jalan ini.. semua hanya melesat lewat dan lekas berbelok pergi.

4 comments:

  1. INi rumah yang kedua ya Bu ... Sangat Puitis sekali ..... begitu indah ...

    ReplyDelete
  2. @Syahida : benul mas... trim's ya.... ;)

    ReplyDelete
  3. hadir lagi .... rumah yang satunya jangan ditinggalkan ya Bu...
    Tetap semangat

    ReplyDelete
  4. @SyahidaComputer: trims dah hadir lagi di sini.. aku cuma lagi nggak mood aja mas.. kurang kopi pahitnya kayaknya.. hueheuheuheu.. ;)

    ReplyDelete